RECORD DETAIL
Back To Previous
Back To Previous
| Title | Peningkatan Sigma Quality Level dengan Pendekatan Six Sigma (Obyek Penellitian di PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk-Sidoarjo) |
| Edition | |
| Call Number | |
| ISBN/ISSN | |
| Author(s) | Roy Yudhi Ananta K |
| Subject(s) | QUALITY CONTROL |
| Classification | 658.562 |
| Series Title | GMD | Tugas Akhir |
| Language | Indonesia |
| Publisher | Jurusan Teknik Industri FTI-ITS |
| Publishing Year | 2003 |
| Publishing Place | Surabaya |
| Collation | |
| Abstract/Notes | |
| Specific Detail Info | Kualitas merupakan kata kunci bagi kecakapan suatu perusahaan untuk bertahan dalam persaingan bisnis global yang kian ketat dewasa ini. Proyek six sigma tidak dimulai saat kecacatan ditemukan, tetapi berasal dari pemikiran: sejauh suatu upaya perbaikan dapat dilakukan maka tindakan tersebut harus dijalankan semenjak usaha perbaikan kualitas tidak berhenti, bahkan ketika tingkat kecacatan sudah cukup rendah. Oleh karena itu, six sigma adalah sebuah solusi tepat bagi tiap perusahaan yang memiliki visi untuk mencapai zero-defect, yang kini telah menjadi kecenderungan umum di dunia industri. Six Sigma merupakan performance target terhadap karakteristik mutu bukan terhadap total produk. Sebagai suatu filosofi mutu, six sigma akan diimplementasikan pada PT. Alumindo LMI, pabrik manufaktur aluminium industri yang menargetkan 95% kualitas produk dalam visi kedepan, melalui sebuah proyek mutu beserta serangkaian metodologi sistematis yaitu 7 langkah PDCA. Analisa penyebab yang dilakukan di PT. Alumindo LMI, Tbk terdiri dari beberapa aspek, yaitu: manusia, mesin, bahan baku, metode kerja dan kondisi lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membentuk kerangka kerja bagi proyek six sigma dan untuk dijadikan sebuah studi kasus aplikasi teori untuk satu karakteristik mutu, yaitu kualitas hasil proses rolling. Selanjutnya riset ini difokuskan pada departemen Cold Rolling dalam divisi Sheet sebagai obyek penelitian. Mendefinisikan CTQ serta mengukur output dan kecakapan proses saat ini dilakukan pada langkah awal untuk menentukan judul perbaikan. Setelah itu, tiap anggota tim simulasi six sigma memberi sumbang saran mengenai semua kemungkinan penyebab dan mendiskusikannya bersama-sama. Perankingan tiap penyebab dominan pada langkah ketiga menginformasikan penyebab variabilitas proses yang utama. Penyebab-penyebab menonjol tadi akan dipastikan lagi melalui uji statistik. Tahap perbaikan selanjutnya adalah membuat rencana dan melaksanakan perbaikan untuk mereduksi kecacatan produk. Disamping itu, tim perbaikan ini harus memantau sejauh mana keberhasilan proyek; tentu saja hal ini memerlukan tenggang waktu guna mencatat hasil yang signifikan. Pada langkah yang terpenting, yaitu standarisasi, sebuah rencana pengontrolan sistem dijalankan untuk menjaga kondisi proses yang baru dan mendeteksi kegagalan proses sedini mungkin. Langkah terakhir dalam metodologi PDCA adalah mengumpulkan sejumlah data baru kemudian menentukan rencana perbaikan berikutnya untuk proyek mendatang. Pendekatan indikator keberhasilan yang digunakan dalam proyek six sigma ini adalah seberapa jauh peningkatan level kualitas sigma. Ternyata upaya perbaikan yang telah diterapkan memberikan hasil memuaskan, seperti: SQL meningkat hingga 4,69 sigma, kecakapan proses mencapai 0,54 dan persentase cacat menjadi 5,25%. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kecakapan proses yang tinggi dapat menjamin bahwa produk tidak lagi out-of-specs. Namun untuk mencapai kondisi zero-defect pada semua karakteristik mutu, masih diperlukan banyak riset perbaikan kualitas proses terutama untuk mengontrol sistem yang telah diimplementasikan. KATA KUNCI : Kualitas, zero-defect, six sigma, 7 langkah PDCA, departemen Rolling, SQL, kecakapan proses, variabilitas produk. |
| Image |  |
| File Attachment | LOADING LIST... |
| Pembimbing | Dr. Ir. Moses L. Singgih, MSc. MRegSc |
| Volume | 1 |
| Availability | LOADING LIST... |
| Back To Previous |