Menang Berkat Tuangkan Ide Sinkronisasi Kepentingan
Menuangkan ide yang solutif dan kemudian mendapat penghargaan tampaknya memang pantas disematkan pada tiga orang mahasiswa ITS ini. Adalah Muhammad Redy, Jihad Septiawan, dan Rendy Aries Fajrin yang tergabung dalam tim Eclips. Ketiganya berhasil menyusun konsep pengembangan bisnis untuk diaplikasikan pada permasalahan UKM Handycraft di Kota Surabaya.
Muhammad Redy mengatakan kompetisi yang mereka ikuti merupakan bagian dari program Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Larasdikdudi). ”Itu program Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan kami tertarik mengikutinya,” tutur mahasiswa Jurusan Teknik Industri ITS ini.
Ia menjelaskan tak lama setelah timnya mengirim proposa ide lantas diterimanya email balasan yang menyatakan proposal tersebut berhasil masuk nominasi sepuluh besar terbaik. Alhasil, mereka pun langsung diminta melakukan presentasi keesokan harinya. ”Karena pengumumannya juga agak mendadak, kami pun akhirnya lembur untuk menuntaskan segala kebutuhan perlombaan,” lanjut mahasiswa angkatan 2011 ini.
Diceritakan Redy, pokok permasalahan yang diangkat timnya adalah mengenai ketidakselarasan antara keinginan pemilik UKM Handycraft dengan Disperindag. ”Masyarakat hanya ingin diberikan suatu wadah yang bisa dipakai tempat untuk menjajakan barang dagangannya,” jelasnya. Sehingga, lanjutnya, nilai pendapatan dan penjualan mereka cenderung bisa stabil.
Sedangkan Disperindag sendiri hanya memberikan pembinaan-pembinaan dan kesempatan untuk mengikuti pameran tertentu. ”Intinya, masyarakat ingin mempunyai lahan yang tetap untuk usahanya,” tambah Redy.Tak ayal, justru dari permasalahan itulah tim Eclips mengusulkan ide pembuatan gedung pusat perbelanjaan yang bisa menampung para pemilik UKM. ”Malahan ini bisa disebut sebagai kampung UKM Handycraft Surabaya,” ungkapnya.
Sebutan kampung UKM Handycraft Surabaya sendiri awalnya digagas oleh Disperindag dan disematkan ke sebuah perkampungan UKM di Surabaya. “Tapi ternyata disana tidak semua masyarakatnya memproduksi handycraft, ada itu pun cuman beberapa dan pada akhirnya terpencar juga,” tutur mahasiswa asal Trenggalek ini.
Selain itu, ia meyakini kehadiran gedung pusat perbelanjaan itu dapat menjawab permasalahan yang terjadi. ”Masyarakat UKM bisa memperoleh tempat secara permenen dan pemerintah pun bisa lebih mudah dalam membina dan mengontrolnya,” akunya.
Atas konsep idenya tersebut, Redy dan tim pun diganjar gelar Juara Pertama dalam kategori Businees Development. Mereka pun berhak mendapat piagam dan uang tunai senilai dua juta lima ratus rupiah. “Kami harap ide kami tersebut dapat diaplikasikan dan dikaji kembali untuk pemanfaatan yang lebih mendalam lagi,” tutupnya. (akh/man)
(Sumber : https://www.its.ac.id/berita/14524/id)