Sri Gunani Raih Kajur Berprestasi III Tingkat Nasional
Teknik Industri, ITS Online – Bagi Sri, amanah menjadi seorang Kajur adalah bagian dari ibadah. Wanita berpembawaan ramah ini mengungkapkan, prestasi tingkat nasional tersebut tak akan bisa diraih tanpa kerja keras bersama seluruh dosen, karyawan, dan mahasiswa Teknik Industri.
Selama masa jabatannya, banyak penghargaan yang diperoleh mahasiswa, dosen maupun karyawan. Sejak tahun 2008 hingga 2010, Jurusan Teknik Industri selalu meraih penghargaan Management Award di tingkat ITS. Tahun 2011 ini, Pustakawan Berprestasi serta Mahasiswa Berprestasi di tingkat ITS juga berasal dari Teknik Industri.
Sebagai pemimpin, Sri mencoba mengelola dan memaksimalkan resource yang sebelumnya sudah dimiliki. ”Saya hanya meneruskan apa yang sudah ada,” ujarnya. Prinsip yang dipegangnya adalah semboyan Ki Hajar Dewantara, ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Sebagai Kajur, ibu empat anak ini selalu berupaya memposisikan diri pada tempat yang tepat serta mencoba menciptakan sinergi antara pilar-pilar penyokong jurusan. ”Bagaimana pun juga kinerja teman-teman dosen, karyawan, dan mahasiswa adalah pilar utama jurusan dengan fungsinya masing-masing,” tutur sarjana lulusan Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu. Karena itulah, Sri berkesimpulan kebersamaan antar ketiga elemen tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan jurusan.
Menurut Sri, musyawarah juga menjadi fokus demi majunya jurusan Teknik Industri. ”Semua keputusan harus diambil melalui rapat,” tegasnya. Meski ada beberapa dosen dengan mobiitas tinggi yang tidak dapat hadir, mereka tetap berhak untuk ikut urun rembug (berpendapat, red).
Sri menyebutkan, selalu ada notulensi untuk disampaikan kepada rekan dosen yang berhalangan hadir. Biasanya para dosen tersebut diberi tenggat waktu seminggu untuk menyampaikan pendapatnya. Tujuannya, tak lain agar nanti keputusan yang dihasilkan merupakan hasil kesepakatan bersama.
Dengan mahasiswa, dosen kelahiran Semarang 13 Mei 1966 lalu ini selalu mendukung kegiatan positif yang diadakan. Sri juga kerap menghadiri open talk untuk sekedar berdiskusi dengan pengurus himpunan. Peraih gelar doktor dari IPB ini mengaku, tidak semua ditanganinya secara langsung karena sudah ada fungsi Tim Konsultasi Kemahasiswaan (TKK). Kecuali untuk hal-hal rawan seperti mahasiswa baru, ia kerap terlibat langsung. ”Perlu ada diskusi lebih lanjut terkait hal satu ini, bagaimana pun juga mereka adalah anak-anak terbaik kami,” ungkapnya.
Kiprahnya sebagai Kajur selama hampir empat tahun, tidak membuat Sri lupa akan tugas utamanya sebagai dosen. Ia masih aktif mengajar, melakukan penelitian hingga pengabdian masyarakat. Selain itu, istri dari Sudiartono ini juga berupaya menyeimbangkan kesibukannya dengan mengurus keluarga. ”Yang penting ada komunikasi. Saya bersyukur, keluarga sepenuhnya mendukung setiap langkah saya,” tutur dosen yang kini juga tergabung sebagai Tim Ahli Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Kemendiknas tersebut.
Terinspirasi dari Kedua Orang Tua
Sri menaruh kagum pada almarhum ibunya yang hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). ”Ibu dulu pernah berpesan, meskipun kita perempuan, kita harus tetap menuntut ilmu setinggi mungkin, dan jangan bergantung pada siapa pun,” tutur Sri. Pesan yang didengarnya saat ia masih duduk di kelas V SD tersebut terus dipegangnya hingga dewasa.
Sementara sang ayah, yang merupakan guru besar di bidang pendidikan, juga turut memotivasi dosen yang kini menjabat sebagai Ketua Bidang Pendidikan, BKSTI Pusat itu. Kebebasan menentukan pilihan membuatnya memiliki tanggung jawab lebih untuk memberikan yang terbaik. (fi/hoe)