Tapak Tilas Sang Founding Father
Teknik Industri, ITS Online – JTI bermula ketika Momok, begitu ia akrab disapa kembali dari Amerika Serikat pada tahun 1985. ”Sejak 1984, greget mendirikan jurusan tersebut sudah ada,’’ tuturnya. Bersama dengan dua karyawan, kala itu, Dra Herilasti Pujiningsih dan Partinah SE, ia mulai menjalankan JTI.
Perkembangan disiplin ilmu Teknik Industri yang semakin meningkat menjadi salah satu alasan pendirian JTI. Hal ini juga sebagai efek pembangunan nasional Indonesia yang menuntut sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam bidang perindustrian. Kala itu, Jurusan Teknik Industri hanya ada di Institut Teknologi Bandung (ITB)
Dalam usahanya mendirikan JTI, Momok tidak sendiri. ”Saat itu saya dibantu oleh Dr Ir Suparno MSIE, Prof Ir Abdullah Alkaff MSc PhD, Drs Kresnayana Yahya MSc dan Ir Sudiyono Kromodihardjo MSc PhD untuk mengembangkan JTI,” kisahnya. Dukungan dari pihak fakultas, datang dari Ir Adi Suryanto, Dekan FTI, Prof. Oedjoe Djoeriman MSc PhD, Rektor ITS dan Prof Dr Ir Suhardjono MSc, Pembantu Rektor I.
Tahun 1985, kerja keras mendirikan JTI akhirnya terbayar. ”Saya tidak menyangka, mimpi saya mendirikan sebuah program studi baru di ITS menjadi kenyataan,” ujarnya.
Meski JTI telah berdiri, kontibusi putra pasangan Soekandar Wignjosoebroto dan Nardiah pada ITS tidak berhenti. Tahun 1993, ia dipercaya sebagai Pembantu Dekan III FTI di bidang kemahasiswaan. Selanjutnya pada periode 1996, ia justru dipercaya menjadi Dekan FTI. Di periode ini, JTI yang semula menempati gedung Teknik Mesin ITS menempati gedung baru.
Ini berawal kala ketertarikannya semakin besar kepada dunia organisasi saat itu. Ketika resmi menyandang status sebagai mahasiswa, pria kelahiran 25 Oktober 1947 ini banyak berkecimpung di dunia organisasi kemahasiswaan. Tercatat, organisasi seperti Senat Mahasiswa Teknik Mesin (SMTM), Badan Pelaksana Teknik Mesin dan Gerakan Mahasiswa Surabaya (GMS) pernah dijajaki alumni SMA Trimurti Surabaya ini.
Rutinitasnya pun berlanjut saat ia melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1978 dan University of Wisconsin Paltteville Amerika Serikat pada tahun 1980. Sepulang dari sana, alumnus Jurusan Teknik Mesin ITS ini pun memutuskan untuk mengabdikan dirinya sebagai Pembantu Dekan III FTI pada 1993 serta Dekan FTI pada tahun 1996.
Tak Pernah Berhenti Berkarya
Dalam kapasitasnya sebagai dosen Teknik Industri, Momok dikenal sebagai pakar dalam bidang Manajerial. Kiprahnya dalam peningkatan mutu di berbagai univeritas Indonesia tidak diragukan lagi. Perhatiannya kepada persatuan lembaga profesi nasional dalam bidang Teknik Industri juga sangat besar.
Di luar kiprahnya sebagai pengajar, Momok sangat terlibat aktif dalam Badan Kerja Sama Teknik Industri (BKSTI) dan Ikatan Sarjana Teknik dan Manajemen Industri. Ia bahkan menjadi pendiri perhimpunan Profesi Ergonomi Indonesia (PEI). ”Melalui perhimpunan ini, saya ingin menggabungkan jaringan laboratorium dan peneliti bidang ergonomi di Indonesia,” tambahnya. Hal itu pula yang menghantarkannya pada posisi Ketua Umum dan Dewan Penasihat PEI hingga sekarang.
Sosoknya yang gemar pada keilmuan TI diwujudkan melalui dua buah buku yang diterbitkannya pada tahun 2003. Keduanya berjudul Pengantar Teknik dan Manajemen Industri serta Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu.
Di balik penampilannya yang kalem dan serius, Momok merupakan sosok yang humanis dan peduli kepada sesama. ”Tampilannya sangat serius, namun ternyata beliau mempunyai jiwa humanis dan Kepedulian yang sangat tinggi,” pungkas mantan Ketua Jurusan TI ITS ini. Sedangkan di mata mata mahasiswa, pria kelahiran Solo ini dikenal sebagai guru yang tangguh.
Kini, Momok telah memasuki masa purna tugas. Namun, dirinya bertekad akan tetap berkontribusi di dunia pendidikan. Ia mengaku akan tetap mengajar sebagai dosen berstatus luar biasa di ITS. ”Sekalipun sudah pensiun, saya akan tetap kembali walau dengan status yang berbeda,” paparnya. (man/ran)